Bojonegoro - Nasib Nasrudin (1,5) memang tidak senormal teman sebayanya. Sejak lahir 6 Mei 2009 silam, Nasrudin tidak memilik anus. Anak pertama pasangan suami istri (Pasutri) Nasir (27) dan Nurul Syamsiah (19) yang tinggal di Dusun Krandon, Desa Kedungrejo Kecamatan Baureno Kabupaten Bojonegoro terpaksa dilubangi perut dan usus agar bisa buang air besar.
Nasrudin bisa saja dilakukan operasi pembuatan anus. Namun karena tidak memiliki biaya saat usai 3 hari, Nasrudin hanya dibawa ke RS Aisyiyah Bojonegoro untuk menjalani operasi pembuatan lubang di perutnya. Hingga kini, Nasrudin buang air melalui usus yang keluar dari lubang perut sebelah kirinya, kemudian ditampung dengan plastik.
"Setiap habis buang air, plastiknya kita ganti. Dan hal ini sudah terjadi sejak dia lahir," kata Nurul sambil menggendong buah hatinya.
Menurutnya, bisa saja dilakukan operasi untuk pembuatan anus. Tapi biayanya sangat mahal dan itu sulit dijangkau oleh Nasir dan keluarga. "Wong untuk biaya operasi pembuatan lubang ini saja habis Rp 10 juta. Dan uangnya adalah hasil hutang ke tetangga," ungkap Nasir.
Sedihnya, utang Rp 10 juta sejak 1,5 tahun silam itupun sampai saat ini belum bisa dibayar olehnya. Maklum, Nasir hanya seorang buruh tani yang setiap harinya rata-rata hanya mendapat Rp 15 ribu. Itu cukup untuk makan bersama istri dan anaknya. Dan dilihat dari tempat tinggal mereka, keluarga ini juga hidup sangat sederhana. Rumahnya hanya berdinding bambu dan beralas tanah.
Kendati demikian, mereka tidak memiliki kartu Jamkesmas atau Jamkesda. Entah apa
alasan pemerintah sampai saat ini belum memberikan kartu jaminan kesehatan
kepada keluarga ini. "Sudah kami laporkan ke perangkat desa. Dan saat ini,
perangkat desa sedang menguruskan Jamkesda untuk kami," sambung Nasir berharap proses tersebut segera selesai.
Satu hal yang paling diharapkan oleh keluarga ini adalah bisa membawa Nasrudin
ke rumah sakit untuk dioperasi pembuatan anus. "Kalau dengan biaya sendiri jelas
kami tidak akan mampu. Hutang Rp 10 juta untuk operasi dulu saja belum terbayar.
Karena itu, kami hanya berharap dapat bantuan dari pemerintah atau dari para
dermawan," ujarnya lirih.(ani)
Nasrudin bisa saja dilakukan operasi pembuatan anus. Namun karena tidak memiliki biaya saat usai 3 hari, Nasrudin hanya dibawa ke RS Aisyiyah Bojonegoro untuk menjalani operasi pembuatan lubang di perutnya. Hingga kini, Nasrudin buang air melalui usus yang keluar dari lubang perut sebelah kirinya, kemudian ditampung dengan plastik.
"Setiap habis buang air, plastiknya kita ganti. Dan hal ini sudah terjadi sejak dia lahir," kata Nurul sambil menggendong buah hatinya.
Menurutnya, bisa saja dilakukan operasi untuk pembuatan anus. Tapi biayanya sangat mahal dan itu sulit dijangkau oleh Nasir dan keluarga. "Wong untuk biaya operasi pembuatan lubang ini saja habis Rp 10 juta. Dan uangnya adalah hasil hutang ke tetangga," ungkap Nasir.
Sedihnya, utang Rp 10 juta sejak 1,5 tahun silam itupun sampai saat ini belum bisa dibayar olehnya. Maklum, Nasir hanya seorang buruh tani yang setiap harinya rata-rata hanya mendapat Rp 15 ribu. Itu cukup untuk makan bersama istri dan anaknya. Dan dilihat dari tempat tinggal mereka, keluarga ini juga hidup sangat sederhana. Rumahnya hanya berdinding bambu dan beralas tanah.
Kendati demikian, mereka tidak memiliki kartu Jamkesmas atau Jamkesda. Entah apa
alasan pemerintah sampai saat ini belum memberikan kartu jaminan kesehatan
kepada keluarga ini. "Sudah kami laporkan ke perangkat desa. Dan saat ini,
perangkat desa sedang menguruskan Jamkesda untuk kami," sambung Nasir berharap proses tersebut segera selesai.
Satu hal yang paling diharapkan oleh keluarga ini adalah bisa membawa Nasrudin
ke rumah sakit untuk dioperasi pembuatan anus. "Kalau dengan biaya sendiri jelas
kami tidak akan mampu. Hutang Rp 10 juta untuk operasi dulu saja belum terbayar.
Karena itu, kami hanya berharap dapat bantuan dari pemerintah atau dari para
dermawan," ujarnya lirih.(ani)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar